Sabtu, 27 Agustus 2016

Jalani

Beberapa malam yang lalu Bapak menegurku tentang tulisanku yang terbit disalah satu buku Antologi. Sudah pasti Bapak tau dari Ibu. Karna apapun yang terjadi, aku pasti cerita ke Ibu terlebih dahulu.
Ya, aku membenarkan hal tersebut.

Bapak jarang bertanya tentang kuliahku, padahal jelas sekali dulu Bapak paling semangat menyuruhku ke jurusan yang sampai sekarang entah kapan aku berniat bersungguh2 untuk menyelesaikannya dan mencintainya. Ketika orangtua begitu semangat, aku tidak sanggup menyanggah lebih keras. Hingga akhirnya menurut saja adalah jalan terbaik. Bismillah.

Sampai tibalah Bapak berkata, "tau gitu dulu gak masuk Farmasi dek" . Kalimat gak lucu yang dibawakan dengan serius di kamar dengan tivi menyala. Ya, malam itu lokasi perbincangan ada dikamar Bapak dengan Ibu diatasnya dan aku duduk bersila di lantai. Aku tersenyum kecil dan berkata dengan nada yang selalu riang "hehehe, gak papa kok pak. Masa depan kan gak tergantung kita kuliah di jurusan apa". Bisa dipastikan hatiku sebenarnya hancur sekali waktu malam itu. Tapi demi semangat Bapak yang menggebu, alangkah baiknya memang aku jadikan abu saja rasa sedih tersebut.

Aku ingat ketika aku kekeuh gak mau ambil jurusan Farmasi, bapak bilang, "mau jadi apa dijurusan itu". Ya, selalu itu yang terngiang, seolah2 di jurusan Farmasi bisa menjanjikan segalanya dan jurusan lain menjajikan sampah. Ya, aku mengalah, demi Bapak.

Dari SD bahkan sejak pertama kali aku mengenal baca diusia 4 tahun, aku sudah menyukai hal berbau bahasa sampai SMA bahkan mungkin sekarang. SD beberapa kali mendapat pujian sama guru bahasa karna karanganku selalu beda dengan teman2 yang lain, SMP pernah menjuari peringkat pertama lomba mengarang antar kelas dan stambuk, SMA masih sebagai murid kesayangan guru bahasa, hingga akhirnya kuliah mendapat juara 3 lomba puisi di perlombaan dakwah expo dan juara2 kecil lainnya yang hadiahnya mulai dari jilbab sampai pulpen satu kotak, ya masi lomba berbau literasi. Prestasi tentang kuliah, jangan ditanya, nihil. Mungkin karna aku tidak pernah menghadirkan cinta didalamnya. Tapi disisi lain aku juga bersyukur mendarat di Farmasi, sebab disanalah Hidayah ku dapatkan. Setiap kisah perih, selalu ada hikmah didalamnya. Setiap air mata yang terjatuh karna mengharap cinta bisa tumbuh, selalu ada semangat untuk tetap melangkah.

Ketidakcintaan ku terhadap kampus memang menjuru kemana2, aku tidak terlalu dekat dengan teman2 kampus. Pernah memang ikut organisasinya, tapi gak bertahan lama. Aku tidak nyaman dengan mereka. Sampai pernah ditawari posisi menggiurkan oleh gubernur kampus karna melihat aku suka menulis, entah setan apa yang merasuk aku hingga aku menolaknya. Ya, jika itu masih berbau kampus, aku tidak terlalu meminatinya. Aku tidak suka dikenal dikampus. Keadaan itu membuat aku lebih terbuka dengan Mahasiswa jurusan lain. Aku tau ini salah, tapi dilain sisi aku tidak mau menyiksa batinku. Aku ingin apapun yang keluar dari diri ini sifatnya tulus. Senyum tulus, tawa tulus, semangat tulus. Aku tidak suka pura2.

Cinta, hadirlah. Aku sedikit lelah dalam perjalanan ini. Aku ingin selesai. Ya, selesai ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar