Saya pribadi terkadang
suka rendah diri jika dihadapkan pada orang-orang luar biasa yang baik diluaran
sana. Baik dalam ilmu dunia maupun akhirat. Orang-orang yang mampu dengan apik
menjaga kesucian hati, tutur kata yang sopan, menjaga aurat dengan apik, dan
ilmu agama yang luas. Tak jarang saya iri.
Hingga pada akhirnya
saya bertanya pada seorang guru tentang orang-orang baik yang sering saya temui
ini. Dia menepuk-nepuk pundak saya sambil tertawa lalu berkata, “Tenanglah nak. Kau dijalan yang benar saat
ini. Kau tidak salah jika kau iri pada mereka, karna kau iri dalam hal yang
positif. Dan kau tau nak? Menjadi baik itu tidak lah susah, bahkan gampang.
Yang susah hanyalah mempertahankannya. Mungkin kau belum tau, bahkan orang baik
itu juga terbagi kepada 2 jenis. Pertama, orang baik yang memang sudah ditempa
sedemikian rupa sejak kecil karna berasal dari keluarga baik-baik. Dan yang
kedua, orang baik yang melalui proses panjang. Dia melalui proses pencarian
yang tidak mudah. Dia mencari tau siapa yang sepantasnya dia sembah, apa yang
harus dia lakukan untuk mendapatkan tempat peristirahatan terakhir di surga,
dan lain sebagainya tanpa modal pembekalan sejak kecil. Kau harus tau nak,
orang jenis kedua inilah yang patut kita beri penghargaan karna kerja kerasnya
melewati proses pencarian yang panjang. Apa-apa yang susah untuk
diperjuangakan, pastilah akan sulit kita untuk melepaskannya” saya terdiam,
merenungkan segala apa yang keluar dari mulut guru saya. “Sekarang, pergilah. Temui orang-orang yang membuat kau iri tersebut.
Tanyakan pada mereka, mereka orang baik jenis yang mana? Usai itu, tanyalah
pada dirimu sendiri juga, kau berada dijenis yang mana. Teruslah Istiqomah nak,
karna bertahan pada kebaikan itu tidak mudah. Kau harus punya kemampuan untuk
memberikannya pupuk yang baik, agar kelak aku peroleh akar yang kuat dan buah
yang tumbuh subur” lagi-lagi saya terdiam dan mengangguk.