Rabu, 02 September 2015

( Mencoba) Membuka Diri



Kita tidak harus selamanya menjadi manusia yang tertutup. Setertutup-tutup nya kita dari orang lain, pastilah ada saat dimana kita sungguh-sungguh butuh orang lain untuk menumpahkan segala kegundahan hati kita. Sama halnya ketika seorang wanita yang sudah terbiasa kemana-mana sendiri, pastilah disuatu waktu dia bakal merasa butuh perlindungan oranglain juga untuk ada disampingnya. Pada dasarnya manusia itu memanglah bersifat sosial dan tidak bisa hidup tanpa adanya oranglain. Tapi dalam pemikiran orang-orang yang tertutup ini atau istilah nya introvert, sosial itu tidak melulu harus tampil dimuka umum, harus rajin ikut suatu perkumpulan ini itu yang mengharuskan bicara banyak. Bagi orang-orang jenis ini, itu jauh lebih melelahkan dari sebuah lari Marathon. Karna penasaran saya pernah mencari-cari beberapa artikel atau buku-buku rujukan yang membahas tentang introvert itu sendiri. Sampai pada suatu ketika saya menemukan tulisan tentang sifat yang satu ini. Intinya memang seperti itu, orang-orang introvert itu tidak terlalu butuh aktifitas luar biasa atau spektakuler untuk merasa senang, karena jenis otak innies yang mereka miliki. Otak jenis ini memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap Dopamin. Dopamin itu ialah senyawa neurotransmiter yang berperan dalam munculnya perasaan bahagia dan senang, dopamin ini dihasilkan oleh tubuh kita kalau  kita melakukan aktifitas tertentu. Dan juga otak innies jauh lebih sensitif terhadap dopamin, maka dari itu dengan membaca buku didalam kamar yang memang merupakan salah satu pemicu dihasilkannya dopamin, bagi orang-orang introvert itu sudah membuat mereka bahagia. Jadi kalau harus beraktifitas diluar, misalnya seperti hang out, berkumpul dengan banyak orang, bisa membuat otak lelah karna kelebihan kadar dopamin itu sendiri. Bagi orang yang tidak paham mungkin ini sifat yang aneh. Tapi mungkin seperti ini lah kenyataan. Seharusnya kita bisa saling memahami dan memaklumi.
Cerita nyatanya, saya sendiri sering menjadi bahan ledekan para saudara yang mengetahui kalau ternyata saya sama sekali tidak up to date tentang perkembangan zaman dikota saya sendiri. Misalnya, saya cuma bisa tertawa dan menjawab tidak tahu ketika mereka bertanya dimana tempat nongrong yang asik dan tempat makan yang paling enak dan murah. Terus terang saya tidak tahu dan saya tidak malu akan hal ini. Karna balik lagi, saya jarang termakan dengan omongan orang. Saya hanya akan mau mencari tau apa yang saya inginkan, bukan oranglain inginkan tanpa saya ikut menginginkannya.
Tentang ketertutupan, saya memang tipikal orang yang tidak sembarangan cerita ke oranglain yang memang notabene nya tidak terlalu dekat dengan saya. Dengan orang terdekat sekalipun terkadang saya masih harus merahasiakan sesuatu, karna bagi saya tidak semua tentang diri kita orang lain harus tau. Saya jadi teringat pesan murabbi  pertama saya dikampus, beliau berkata seperti ini, “dek, seorang penulis itu juga harus bisa berbicara banyak. Harus berani tampil dimuka umum” disitu saya tertawa dan terus belajar bagaimana caranya agar saya mau tampil dimuka umum untuk bicara. Dari sejak kecil, kata Ibu, saya lebih cenderung suka membaca dan menulis apa saja dibuku dibanding bicara banyak. Saya juga sering mengalami kesulitan luar biasa dalam bicara karna terkadang saya suka kehilangan kosa kata yang pas. Lain halnya pada saat saya menulis, saya lebih banyak menemukan kosa kata dan ide-ide. Tapi lagi-lagi ini harus saya syukuri. Saya yakin Allah punya maksud baik dibalik ini semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar