Jumat, 22 Mei 2015

Sahabat itu Ibu

Salah seorang teman tidak percaya kalau wanita berkerudung merah itu adalah Ibu saya. Dia bilang Ibu saya sangat muda. Saya hanya tertawa karena memang saya tahu betul sekarang usia Ibu saya berapa.
Memang iya, tak jarang para tetangga ataupun sanak saudara mengatakan kalau kami persis seperti seorang kakak adik. Saya senang, namun Ibu yang sering malu. Beliau bilang "mamak suka malu kalo dibilang masih terlihat muda kak" saya terkejut dan bertanya kenapa. Jawabnya singkat tepat padat, sekaligus terkagum. Beliau bilang "karna mamak kan udah tua. Anaknya udah besar-besar. Apa mamak ini masih bergaya seperti wanita 30an ya kak?" Saya lantas menjawab dengan bangga "bukan pakaian penyebab nya, mak. Mungkin karna keramahan raut wajah mamak" ibu saya langsung tertawa. Memang benar, ibu saya sangat menjaga benar pakaiannya. Bahkan tergolong style ibu-ibu sekali. Dengan jilbab yang tak pernah lepas dari kepala ketika kepasar. Pakaian ketat jauh dari tipikalnya. Itu yang saya suka. Tidak mau terlihat muda. Walaupun sebenarnya inner beauty tidak bisa ditutupi.
Ibu saya tipikal ibu yang friendly kepada teman dekat anak-anaknya. Kalau teman saya dateng, ya Ibu ikutan nimbrung. Ikut canda-candaan, ikut masuk dalam perbincangan. Maka tak heran ibu tahu semua hal tentang saya. Mulai dari saya sedang 'dekat' dengan siapa sampai saya sedang 'tidak enakan' dengan siapa. Kebetulan ibu saya juga mempunyai akun facebook yang semua temannya selain sanak saudara ialah teman-teman anaknya. Jadi ibu itu selalu mengontrol perkembangan anaknya + teman anaknya dari sini, hehehe
Saya benar menjadikan ibu adalah sosok sahabat. Orang yang pertama kali tau semua hal tentang hidup saya. Sering 'ambekan' juga, hehehe. Tapi tidak tahan lama-lama, karna saya memang gak bisa tidak bicara dengan ibu saya. Suatu hari, saya pernah iseng bertanya pada ibu saya tentang perasaannya kalau saya kelak menikah dan hidup bersama suami saya. Beliau menjawab "ya gak mungkin mamak nahan jangan pergi kan kak? Ya pastinya sedih. Tapi mamak yakin, kelak suami mu adalah orang yang baik. Yang bisa jaga kau sebaik mungkin. Maka nya ajak lah main kerumah" hahaha saya tertawa sambil tiduran dipaha ibu saya dan ibu membelai-belai rambut saya. Saya manja sekali dengan ibu saya. Tapi ibu memang tidak memanjakan saya dalam hal pekerjaan rumah. Saya tetap dilatih bagaimana cara memasak, mencuci, jemur pakaian, nyetrika, beberes rumah, segala pekerjaan rumah memang Ibu sudah mengenalkannya sejak saya SMP, Ibu bilang "biar nanti kau gak malu sama mertua mu. Perempuan itu harus serba bisa" hahaha ibu saya memang gitu. Kalau saya salah ibu tetap menegur dengan khas ibu-ibu. Kadang saya suka jail dengan menjawab semua omelannya sambil tertawa yang membuat ibu ikut tertawa hehehe. Saya sangat berterima kasih sama Allah sudah memberi nafas kesehatan ke Ibu saya. Waktu-waktu tak pernah bosan saya lewati bersama Ibu. Sudah seperti sahabat, saling curhat. Walaupun sebenarnya saya yang sering curhat ini itu. Kalau ibu paling curhat masalah harga sembako. Sebab Ayah saya adalah ayah yang baik yang nyaris tidak pernah melukai hati Ibu, Alhamdulillah :')
Semoga benar-benar bisa menjadi sosok anak yang bisa membanggakan Ibu dan Ayah, Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar