Rabu, 21 September 2016

Percaya [sebuah tulisan]

Tulisan ini ada karna tadi siang seorang teman baik mengirimkan voice note via WhatsApp ke saya. Ini bukan kali pertama sebenarnya saya dipercaya sebagai tempat cerita perihal kegundahan akan sebuah perasaan untuk menentukan pilihan hidup. Ya, pernikahan. Dalam bulan ini, sudah tercatat 4 orang bercerita hal serupa namun beda permasalahan. Dalam lubuk hati sebenernya saya bingung, kenapa mereka mempercayakan saya untuk tempat cerita. Yang notabene memang belum terlalu "dewasa". Tapi entah kenapa saya selalu suka menjadi tempat cerita banyak hal teman2 saya.

Soal pernikahan. Saya tidak terlalu begitu paham sebenarnya, karna saya lebih interested sama Buku dan pembahasan yang berbasis parenting. Bagaimana menjadi Ibu yang baik, bagaimana menjadi Ayah yang super. Walaupun sebenarnya untuk menjadi itu semua ditentukan mulai dari kita memilih pasangan. Membahas tentang pernikahan sebenarnya bukan hal yang tabu bagi saya. Karna beberapa kali di kajian wajib mingguan yang saya ikuti, guru saya juga beberapa kali mengangkat perbincangan ini. Tapi jangan tanya tentang buku2 mellow Ust Salim A Fillah tentang pernikahan ke saya, saya gak punya. Sejauh ini tidak terlalu minat untuk memiliki. Mungkin esok saya berminat. Mungkin.

Dari ke 4 teman saya ini, saya tertarik pada curhatan yang mengatakan bahwa; apa jadinya jika yang datang padanya bukan seseorang yang sering disebut dalam doa. Kalau dia memilih yang datang, dia takut tidak bisa mencintainya. Karna masih mengharap seseorang yang sering diminta didalam doa. Bagi kita yang tidak merasakan hal ini, mungkin kita merasa ini masalah klise yang sering didengar. Tapi bagi yang merasakan ini, mungkin ini pilihan sulit. Karna menikah itu bukan hanya untuk jangka pendek, jadi manusiawi memang kalau keresahan itu muncul.

Dalam masalah ini, saya benar2 memposisikan diri saya seandainya jadi dia. Banyak option sebenarnya. Saya fikir tidak salah kalau kita sebagai perempuan minta dilamar, kalau ditolak, yasudah pilihlah lelaki yang datang tersebut. Jika diterima, Alhamdulillah. Tapi kalau memang perihal agama si lelaki jauh lebih baik dari pada lelaki yang disebut dalam doa, maka pilihlah lelaki yang datang. Masalah agama itu nomor wahid. Cinta itu bisa tumbuh pasca menikah. Saya salah satu orang yang percaya kalau cinta pasti tumbuh pasca menikah. Jadi intinya saya siap nerima siapa saja yang datang asalkan agamanya baik. Kebaikan agama itu sudah mencakup segalanya dalam kehidupan.

Saya meminta dia untuk tenang dan terus tingkatkan ibadah sunnah. Saat2 seperti ini adalah masa dimana kita bisa cepat futur. Allah memberikan apa yang pantas untuk kita, bukan apa yang kita mau. Karna Allah lebih tau kapasitas hambanya.

Ketika saya selalu memberi bermacam2 nasihat untuk menguatkan mereka tentang pernikahan, saat itu juga sebenarnya saya sedang menasihati diri sendiri.

Masalah doa, tentang jodoh, saya hanya meminta dipermudah jodoh yang baik untuk segera datang. Ya, itu saja. Untuk nama khusus, itu rahasia. Jika pun kelak bukan dia yang datang, insya Allah saya siap :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar