Rabu, 08 Oktober 2014

Meringkuk dingin

Sepagi ini, ketika tangan memeluk erat kaki meringkuk
Terpata-pata aku benamkan wajah ke lutut
Ada yang terluka dan tak terungkap
Disaat semua perjalanan menguak kisah

Menyerah itu rasanya seperti apa?
Apakah senikmat teh hangat di pagi yang gerimis?
Atau sepahit kopi tak bergula?
Ya Rabb, ada kegaduhan di relung pikiran ini

Detik jam terus berlalu
Bodoh, sudah berapa ratus detik yang terlewat
Dan semua terus tetap tidak menunggu
Untuk aku berdiri dan menyeka bulir-bulir air yang menari indah di pipi

Aku rasa dingin sepagi ini diantara pakaian paling terhangat yang ku punya
Apakah embun di luar ikut menyapa ku?
Aku makin memeluk erat kaki meringkuk
Tak ku dapatkan apa-apa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar