Senin, 27 Juli 2015

Karna merangkak pun butuh persiapan

Saya menulis ini karna terinspirasi dari kisah salah seorang di suatu Blog yang maaf mungkin saya tidak bisa mempublishnya, dikarenakan untuk menjaga privacynya.

Tentang seorang wanita yang awalnya sebelum menikah beliau berpakaian Syar'i, namun setelah menikah lambat laun pakaiannya semakin jauh dari kata Syar'i. Jilbab yang tadinya panjang semakin mengecil, menerawang. Begitupun pakaiannnya. Dan alasan itu terjadi ialah: dilarang suami.
Saya disitu nyaris menangis membacanya. Awal menikah suami senang beristrikan seorang Muslimmah. Lambat laun entah setan apa yang merasuk dihati suami hingga tega melarang istrinya berbuat baik seperti itu. Naudzubillah.

Buat calon Imamku:
Ketika kelak kau menjadi teman hidupku, aku harap kau mampu menenangkanku ketika aku tidak lebih modish dari teman kantormu. Ya, aku harap kamu paham tampil syar'i itu seperti apa.

Ku harap kamu mampu menjawab dengan tegas ketika semua orang mempertanyakan kenapa aku selalu tertutup, ya kamu lah pelindungku.

Aku harap kau mampu menunggu dengan sabar ketika sebelum keluar rumah aku masih sibuk memakai kaus kaki. Ya, kaki juga aurat.

Aku harap kamu tidak menuntut aku tampil cantik dengan make up yang waw ketika berpergin. Karna tabaruj itu tidak bagus. Tapi aku tidak keberatan jika itu permintaan mu untuk menyambutmu pulang kerja.

Jika kelak kita mempunyai anak, biarkan saja aku dirumah menjaga mereka. Tanda bukti pengabdian seorang wanita sebagai Ibu dan Istri.

Aku harap kita bukan sekedar menikah lalu mempunyai anak. Tapi usai ijab qabul terucap, maka kita mulai berjalan dari garis start menuju ridho Allah. Bukan kerja sama di dunia saja, tapi bisa saling menolong kelak di Akhirat.
Aamiin

Senin, 20 Juli 2015

Ketika mengenang usia, terkadang yang dibutuhkan adalah semoga jalan menuju wisuda dilancarkan. Bukan mengenyampingkan perihal jodoh, namun entah kenapa ketika membicarakan yang satu itu rasanya lebih berserah sajalah pada Sang Pemilik cinta itu. Ketika saya berbicara seperti itu bukan berarti saya tidak mempunyai nama yang saya simpan lalu diam-diam mendoakan. Ada kok. Justru adalah maka saya lebih santai. Tinggal menunggu saja waktu yang akan membuat kami saling 'bert(a)mu'. Maka dari itu kelancaran menuju wisuda adalah yang saya harapkan. Memang iya, menikah tidak butuh ijazah. Tapi setidaknya kita akan menjadi wanita yang layak dinakahi oleh pria yang baik-baik.
Semoga itu kamu. Yang sering saya sebut 'nice guy'

Minggu, 05 Juli 2015

Rasa mu Tuhan titip dihatiku

Dulu pernah ada seorang teman menyuruh ku untuk membuatkannya sebuah puisi tentang kerinduannya pada Ayahnya. Ayahnya pergi entah kemana, entah masih hidup atau sudah tiada. Percakapan terjadi cukup lama, tak sungkan ia menangis. Mata ku berkaca, merasa bersyukur masih diberi Ayah. Lantas aku meminta waktu sehari untuk menyelesaikannya.
Keesokannya setelah ia baca, ia menangis kembali dan memaksa ku untuk menerima selembar uang biru darinnya. Terang saja aku menolak. Dia berkata "kau menghidupkan kembali hatiku. Ambil lah sebagai ucapan terimakasih ku" lantas senyum tersungging diwajahnya. Dengan senyuman kuat saya menjawab "simpan saja buatmu. Ini hadiah buat ketegaran hatimu. Aku tidak berjanji bisa sekuat itu jika ada di posisi kamu. Anggap aja ini juga puisimu. Mungkin Tuhan menitipkan perasaanmu dihatiku. Dan tulisan tangan ku adalah perantaranya. Inilah saatnya sebuah karya tak selalunya di rupiahkan. Senyum ketegaran darimu adalah segalannya. Seharusnya akulah yang bertetimakasih padamu. Sebab aku jadi paham harus seperti apa kuat itu" Wanita itu pun menghapus air matannya dan tertawa.
Bahagia itu sederhana :)

16:19
23 April 015
SudjanaF

Sabtu, 04 Juli 2015

Seperti catur

pernah main catur? Hem, kalau tidak pernah, pertanyaan saya ubah. Pernah lihat 2 orang bertanding catur? Kalau tidak pernah juga, pertanyaan kembali saya ubah. Pernah liat susunan anak2 catur yg sudah tertata rapi di atas papannya? Kalau belum juga, ok, ini no Hp saya 0852622blablablablabla, saya ajarin sampai paham -_-, keterlaluan!!

Akan saya jabarkan.
Di dlam permainan catur, akan dibagi 2 kelompok, putih dan hitam.
Dan setiap kelompok terdiri dari Raja, Ratu, poco, kuda, benteng, dan pion. Ceritanya ini kelompok anggota catur "Putih", kalau anggota putih, itu artinya Raja ditempatkan di kotak berwarna Hitam begitu sebaliknya utk kelompok "Hitam". Disebelah kanan raja ada ratu, dikanan ratu ada poco, lalu kuda, kemudian benteng. Begitupun di kiri raja, posisinya sama dngan yg di kanan ratu. Lalu di depan mereka semua terdiri 8 pion.
Cara berjalan mereka masing2 juga akan saya jelaskan. Raja, dia hanya bisa selangkah saja. Lain halnya dngan Ratu yg boleh berjalan bebas, boleh lurus-serong. Raja dan Ratu merupakan 2 anak catur yg istimewa, kenapa?, krna tiap x musuh hendak memakan, musuh wajib memberi pertanda dengan mengatakan "Sekak", dan kitapun harus segera bertindak gimana caranya agar Raja atau Ratu terselamatkan. Namun kunci keamanan adalah Raja, kalau raja termakan musuh, itu artinya kita kalah. Kemudian poco, dia hanya bisa berjalan serong, tpi bebas mau berapa kotak dia serongin *lho. Kemudian lagi kuda, nah kuda ini hanya boleh berjalan seperti huruf "L", tpi juga gak boleh sembarangan, langkah huruf L nya harus 4 kotak saja, mis; 3 kotak depan, 1 kotak samping. Namun kuda mempunyai suatu hal spesial yg tidak dipunyai anak catur lainnya, yaitu dia boleh melangkahi anak2 catur lainya. Dan kemudian lagi benteng, dia hanya boleh berjalan lurus. Tpi, secara pribadi teknik permainanku, benteng ini sangat berpengaruh apalagi kalau sudah bekerja sama dngan Ratu. Bisa mengepung Raja musuh dngan mudah. Dan terakhir pion, biar kata unyu unyu, pion juga bisa diandalkan. Walaupun jalan nya hanya lurus dan terbatas. Kalau masih di kawasan halaman rumah(dari kotak 1 sampai kotak 4), dia berjalan hanya 2 kotak, dan kalau sudah di kawasan halaman musuh(kotak 5 sampai kotak 8), dia hanya diperbolehkan melangkah 1 kotak saja. Bahkan, utk memakan musuh dia harus serong dan hanya 1 serong saja. Nah, spesialnya dia dapat berubah jadi apapun anggotanya yg sudah termakan musuh. Dngan syarat, dia harus mampu menyampai kotak ke 8. Caranya gimana? Ya kita harus memakan anak2 catur musuh kita. Gimana? Paham? Kalau tidak, wajarlah. Menjelaskan dngan cara praktik lebih mudah dimengerti, ketimbang menjelaskan hanya teori. Tapi, ak gk yakin kalau temen2 yg baca ini pd gak ngerti main catur. Pasti smua pd ngerti, walau mungkin tidak trlalu mahir. Ia kan? Heehe..

Tpi basic ak menulis note ini bukan utk mengajari bermain catur. Tpi berhubung hal yg ingin ak sampaikan ada sangkut pautnya dngan catur, jdi mau gak mau ak harus juga menjelaskan dngan ikhlas.
Tapi, diantara 6 jenis anak catur. Entah kenapa ak tertarik sekali ingin mengangkat filosofi tentang Raja Ratu dan Pion. Raja ibarat ayah, ratu ibarat ibu, dan pion adalah anak. Seperti yg sudah saya jelaskan diatas, raja hanya bisa berjalan selangkah namun ibarat nyawa yg harus benar2 dilindungi oleh 15 lainya, bahkan terkadang ratu rela mati utk termakan msuh demi melindungi raja. Yg sejatinya ratu itu selalu semangat, buktinya saja dia bebas melangkah, boleh lurus maupun serong. Dan ratu jugalah yg paling gesit diantara semuanya, bukankah sama seperti ibu? Dan pion yg saya ibaratkan sbagai anak juga istimewa. Walau langkahnya terbatas dan cara memakan juga terbatas, namun dia mampu berubah menjadi saudara2 yg sudah mati termakan musuh. daerah musuh saya ibaratkan cita2nya, dan perubahanya menjadi lbih tinggi adalah kesuksesan dia meraih cita2nya. Yg langkahnya sudah tak sesempit dulu ketika masih menjadi pion.

Ini harus kutulis karna memang tiap kali bermain catur ak terbayang tentang pikiran ini. Sebelum ak menulis ini, ak sma skali tdak ada browsing ke sumber manapun utk mencari tahu tentang filosofinya. Jdi kalau yg ak tulis ini dan teman2 kebetulan juga pernah membacanya yg mungkin sama tpi dngan rangkaian kata yg berbeda. Itu artinya kami mempunyai pemikiran yg sama. Dan saya menjunjung tinggi makna kejujuran dlam dunia tulis menulis. Sebab saya tahu seperti apa rasa sakitnya ketika cerita kita di publish tapi dngan nama pengarang yg berbeda. Ok, itu masa lalu. Saya harus bisa move on, hehe. Dan sbenarnya, kita mampu belajar dri apa saja, namun kita harus lebih peka lagi dlam melihat lingkungan sekitar kita seperti apa. Yg buruk kita tinggalkan, nah yg baik lah yg kita tanamkan sbagai contoh. Demikianlah, maaf kalau ada salah kata. Bukan menggurui, namun disini kita sama2 belajar memahami dan saling mengingtkan. Kalau ada yg kurang, teman2 smua boleh kok menambahi. Pun juga kalau ada yg salah, teman2 sangat amat boleh menegur.

Ferantika sudjana..
18 Agustus 2013

Hakikat melepaskan

Gadis: Bu, ayah beruntung bisa mendapatkan Ibu

Ibu: Ibu lah yang beruntung bisa mendapatkan Ayah. Atau kami sama beruntung

Gadis: Aku ingin dengar cerita Ibu dan Ayah, Ibu bersedia membagi?

Ibu: Tentu saja bisa, kau jugalah sebentar lagi remaja

Gadis: aku akan mendengarkannya bu

Ibu: Ayah meninggalkan Ibu disaat Ibu mulai mencintai Ayah

Gadis: Kan bener Ayah jahat. Huhu

Ibu: Bukan nak, justru itulah cara terbaik Ayah mencintai Ibu. Saat itu Ayah belum mampu buat melamar Ibu

Gadis: ....

Ibu: Itulah melepaskan paling indah nak. Ketika kau tau pujaan hatimu mencintaimu, dia malah pergi meninggalkanmu karna belum mampu menghalalkanmu. Bukan malah mendekat dengan mu setiap saat, mengumbar janji ini itu. Suatu hari kau semoga bisa mendapatkan seorang lelaki yang juga mencintai yang maha pencipta cinta itu ya nak

Gadis: Ibu tidak sedih waktu itu

Ibu: Ibu senang menghabiskan waktu disepertiga malam dengan air mata, menangiskan tentang dosa. Memanja sama Allah agar kelak Ayahmu lah datang melamar Ibu

Gadis: Memang Ayah tidak berjanji akan menjemput Ibu

Ibu: Ayah tidak pernah berjanji apa-apa. Ayah bilang apapun yang terjadi, kita haruslah menjadi hamba yang ikhlas

Gadis: ......

Ibu: Benar Ayahmu nak, tak perlu lah banyak berjanji. Upayakan saja apa yang harus diupayakan. Perbaiki diri banyak-banyak. Semenjak itu Ibu sibuk memperbaiki segalanya. Tak lupa Ibu juga mendoakan Ayahmu yang tidak Ibu tau dia dimana

Gadis: lalu?

Ibu: Selang 3 tahun, Ayah bilang Ayah akan menemui Kakek mu untuk melamar Ibu. Kau tau nak, itulah puncak dari kesabaran menunggu. Ibu sudah siap, Ayah apalagi. Semenjak Ayah meninggalkan Ibu, Ayah selalu meminta Allah menjaga Ibu. Menitipkan rindu padaNya. Cinta yang sejati akan tau jalan pulang, nak. Tak perlu kau memaksa jalan ceritanya. Jika saat itu Ibu tidak berjodoh dengan Ayah, tentulah itu pasti yang terbaik. Dan kau nak, semoga kau tergolong wanita yang bisa paham hakikat melepaskan itu :)

Gadis: *meluk Ibu

Jumat, 03 Juli 2015

Malaikat itu Ibu

Siang tadi saya bergurau pada Ibu dengan menanyakan mau kado apa dihari ulang tahun nya, ibu bilang "gak mau apa-apa, kan belum punya penghasilan sendiri. Yang penting sehat terus, umurnya berkah" orang tua memang seperti itu, jika kita sudah berpenghasilan pasti mereka akan menjawab, "tabungin aja, buat kebutuhanmu"

Sudah 45 kali mengulang tanggal dan bulan yang sama. Semoga selalu diberi kesehatan jasmani maupun rohani, keberkahan usia yang tanpa jeda.
Terimakasih telah mejadi sebaik-baiknya ibu yang 24 jam menjaga anak-anak tanpa bantuan asuhan orang lain mulai dari kami tidak mengerti apa-apa sampai sekarang.
Sosok ibu yang sabar, malaikat tanpa sayap. Jika saya bertanya balasan apa yang pantas saya berikan, Ibu bilang "cukup jadi anak yang tidak mencoreng nama baik Orangtua itu sudah bagian dari balasan yang baik"

-kakak sayang Mamak ��❤

Kamis, 02 Juli 2015

Draf

Dalam KBBI, Draf itu memiliki artian: rancangan atau konsep.
Tapi dalam artian saya, draf itu adalah tempat penyimpanan tulisan-tulisan saya yang gagal publish. Gagal disini menurut saya adalah terlalu frontal untuk di publikasikan. Jika kalian mengira saya sangat terbuka di beberapa tulisan saya yang terkadang menceritakan kehidupan pribadi saya, itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan kumpulan tulisan saya yang hanya saya tulis lalu saya memutuskan untuk mengabadikannya di draf. Di waktu luang saya suka membaca tulisan di draf tersebut dan saya tersenyum geli. Ya, sehobi apapun kita menulis lalu mempublikasikannya, kita juga harus bisa memfilternya, membacanya ulang, lalu fikirkan apakah layak untuk dibaca orang banyak atau tidak. Jika tidak, lebih baik simpan dia di draf. Memang di lain sisi, tulisan itu adalah kebebasan. Tapi kebebasan juga punya aturan. Dengan aturan itulah kita bisa tau harus sampai dimana kebebasan itu kita pergunakan. Tulisan itu sama seperti kita berbicara. Dalam berbicara kita juga dituntut untuk memfikirkan kembali apa yang harus kita ucapkan. Fikirkan, jika kita mengucapkan itu apakah akan menyakitkan hati lawan bicara kita atau tidak? Karna lidah itu sama tajamnya dengan pisau. Kita harus tau karakteristik lawan bicara kita itu seperti apa. Nah, menulis itu lebih sulit dibanding bicara, karna kan kita tidak tau siapa yang akan baca tulisan kita. Selain itu, dengan berbicara kita bisa menadakan atau menggunakan gaya bahasa yang santai sekalipun sedang marah dan orang lain tidak mengetahuinya. Lain halnya dengan menulis. Menulis benar mengajarkan kita bagaimana membuat orang yang membaca bisa hanyut dan tulisan kita yang tak bersuara itu bisa menjelma menjadi nada-nada yang tak membisu yang kita ciptakan dengan tulisan.
Pembaca hanya terima bersih saja. Ketika kita menuliskan tentang kebahagiaan, apakah mereka tau kalau kita ketika menuliskannya dalam keadaan terluka parah bahkan menangis. Tapi disitulah letak keberadaan asiknya menulis. Kita cukup pura-pura bahagia di awal, lantas benar-benar bahagia ketika tulisan itu selesai.
Tapi jangan lupa dibaca ulang, jika pantas silahkan di publish. Jika tidak, lebih baik simpan baik-baik di draf. Kalau ada waktu luang boleh di edit sedikit, lalu publish.

Sebaik-baiknya tulisan adalah yang bermanfaat buat orang lain. Tapi, tetaplah menuis, kan masih ada draf :)