Minggu, 05 Juli 2015

Rasa mu Tuhan titip dihatiku

Dulu pernah ada seorang teman menyuruh ku untuk membuatkannya sebuah puisi tentang kerinduannya pada Ayahnya. Ayahnya pergi entah kemana, entah masih hidup atau sudah tiada. Percakapan terjadi cukup lama, tak sungkan ia menangis. Mata ku berkaca, merasa bersyukur masih diberi Ayah. Lantas aku meminta waktu sehari untuk menyelesaikannya.
Keesokannya setelah ia baca, ia menangis kembali dan memaksa ku untuk menerima selembar uang biru darinnya. Terang saja aku menolak. Dia berkata "kau menghidupkan kembali hatiku. Ambil lah sebagai ucapan terimakasih ku" lantas senyum tersungging diwajahnya. Dengan senyuman kuat saya menjawab "simpan saja buatmu. Ini hadiah buat ketegaran hatimu. Aku tidak berjanji bisa sekuat itu jika ada di posisi kamu. Anggap aja ini juga puisimu. Mungkin Tuhan menitipkan perasaanmu dihatiku. Dan tulisan tangan ku adalah perantaranya. Inilah saatnya sebuah karya tak selalunya di rupiahkan. Senyum ketegaran darimu adalah segalannya. Seharusnya akulah yang bertetimakasih padamu. Sebab aku jadi paham harus seperti apa kuat itu" Wanita itu pun menghapus air matannya dan tertawa.
Bahagia itu sederhana :)

16:19
23 April 015
SudjanaF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar