Saya menulis ini karna terinspirasi dari kisah salah seorang di suatu Blog yang maaf mungkin saya tidak bisa mempublishnya, dikarenakan untuk menjaga privacynya.
Tentang seorang wanita yang awalnya sebelum menikah beliau berpakaian Syar'i, namun setelah menikah lambat laun pakaiannya semakin jauh dari kata Syar'i. Jilbab yang tadinya panjang semakin mengecil, menerawang. Begitupun pakaiannnya. Dan alasan itu terjadi ialah: dilarang suami.
Saya disitu nyaris menangis membacanya. Awal menikah suami senang beristrikan seorang Muslimmah. Lambat laun entah setan apa yang merasuk dihati suami hingga tega melarang istrinya berbuat baik seperti itu. Naudzubillah.
Buat calon Imamku:
Ketika kelak kau menjadi teman hidupku, aku harap kau mampu menenangkanku ketika aku tidak lebih modish dari teman kantormu. Ya, aku harap kamu paham tampil syar'i itu seperti apa.
Ku harap kamu mampu menjawab dengan tegas ketika semua orang mempertanyakan kenapa aku selalu tertutup, ya kamu lah pelindungku.
Aku harap kau mampu menunggu dengan sabar ketika sebelum keluar rumah aku masih sibuk memakai kaus kaki. Ya, kaki juga aurat.
Aku harap kamu tidak menuntut aku tampil cantik dengan make up yang waw ketika berpergin. Karna tabaruj itu tidak bagus. Tapi aku tidak keberatan jika itu permintaan mu untuk menyambutmu pulang kerja.
Jika kelak kita mempunyai anak, biarkan saja aku dirumah menjaga mereka. Tanda bukti pengabdian seorang wanita sebagai Ibu dan Istri.
Aku harap kita bukan sekedar menikah lalu mempunyai anak. Tapi usai ijab qabul terucap, maka kita mulai berjalan dari garis start menuju ridho Allah. Bukan kerja sama di dunia saja, tapi bisa saling menolong kelak di Akhirat.
Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar