Senin, 18 Agustus 2014

Puisi malam dari Ibu untuk Toni

Nak, tahanlah sekejap cacing-cacing diperutmu untuk tidak berisik
Ibu tak kuasa untuk tidak menangis setiap sekali suara yang tertangkap oleh telinga Ibu
Ibu baru saja usai mendoa untuk bapak agar pulang dapat menenteng sebungus nasi pemberian Pak Lurah
Nak, minumlah air yang Ibu timba tadi sore tapi ingat tutuplah hidungmu ketika kau meneguknya

Nak, kau dengar? Bapak pulang
Tak usah kau pegang lagi perutmu yang mengecil semenjak bapak mu di PHK sebulan lalu
Makanlah nak, Ibu dan Bapak bisa puasa sampai 2 hari
Lihat wajah Bapak mu nak, tak terbesit rasa putus akan asa yang memacu

Nak, Ibu tak pernah usai mendoa untuk kebesaran hidupmu
Agar kelak kau mampu hidup tak susah seperti Ibu Bapak
Di tanah ini yang selalu dihantui petugas pamong praja
Di gubuk ini yang selalu merayap momok menakutkan seperti banjir

Nak, Negeri kita tercinta ini sudalah 69 tahun merdeka
Tapi lihat, malam kita hanya bisa tahu terangnya lampu di sudut Kota
Ibu terpukul tiap kali kau merengek karena pedihnya matamu akibat membaca di depan lilin
Ibu terpukul tiap kali kau bertanya tentang rasa udang dan kepiting itu seperti apa
Tapi Ibu teramat bangga ketika gurumu menyalutkan kecerdasanmu

Nak, kita tidak sendiri yang seperti ini
Ribuan teman kita masih ada yang lebih pahit hidupnya
Tidur di emperan toko meringkuk dingin dan kehujunan kuyup
Tanpa Bapak dan Ibu

Nak, Indonesia sudah merdeka selama 69 tahun!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar