Jumat, 15 Agustus 2014

Surat ini untukmu 2

Aku sedang patah saat ini. Aku terjatuh untuk kesekian kalinya lagi. Tapi entah kenapa dalam hati seolah meyakinkan aku adalah wanita hebat walau sebenarnya telah banyak luka tersayat di hati dan tubuh ini.
Waktu aku menulis ini pagi sedang gerimis. Semakin menambah kebimbangan akan hidup yang aku pilih sekarang. Aku tak pernah mau menceritakan ini padamu. Pun aku ceritakan aku tidak tahu kalimat apa yang akan aku ucapkan dan kalau aku kirim melalui tulisan aku tidak tau kata apa yang harus aku tulis dahulu. Tapi secara diam-diam aku selalu belajar darimu. Belajar bahwa masalah yang ada dan datang bukan untuk membuat kita langsung mengibarkan bendera putih lantas mati, tapi untuk terus bangkit. Aku pergi dulu untuk beberapa waktu, untuk memberi ketenangan. Berdiam diri merenung akan seperti apa jika aku teruskan dan aku hentikan. Aku akan baik saja walau sedang patah. Rindu ku aku titipkan pada hujan agar kau tidak sendiri. Menghabiskan waktu kesedihan seorang diri hanya bersamaNya, mungkin itu jalan terbaik untuk saat ini. Aku terlatih untuk bangun dan membersihkan luka itu karena aku mungkin mulai menyayangi mu dalam di dalam diamnya mulut ini, sehingga aku tidak akan mennjadi wanita yang mudah menjatuhkan air mata di saat kita bersama atau tidak. Ini bukan masalah akan mu tapi akan ku. Aku pikir kau tidak tahu rasanya jika kesenangan dan kesedihan itu datangnya serentak. Tapi ah, sudalah. Kau pernah bilang kalau Allah selalu bersama orang-orang yang sabar dan aku tahu itu sudah tertulis mutlak yang tidak bisa di ganggu gugat lagi. Dan baiklah kau, walau sebelum aku pergi pun kau tidak penah tahu kalau aku selalu mendoakan orang-orang tersayang ku termasuk kau. Sekali lagi aku bilang, aku akan baik (Insya Allah). Sebelum kau bertanya-tanya ada baiknya aku pinta jangan khawatirkan aku.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar