Selamat pagi, dia
Dipersimpangan jalan ini aku kembali hadir. tanpa puisi yang berarti
Aku masih meringkuk bersama bekas fajar berembun, tanpa dia
Daun? Dingin? tidak, semua hangat
Aku pernah memberi arti pada setiap sepi
Menjadikan dingin sebuah hangat
Menjadikan ramai sebuah sepi mendalam
Bahkan menjadikan silir menjadi gersang
Tapi ah itu terlalu indah
Tak perlu dia risaukan gersang yang aku maksud
Cukup gersang yang menjadikan aku akan paham apa artinya silir yang dulu aku rangkai
Kutilang, kau dengar aku?
Itulah dia
Kau paham lah, seperti yang kau bilang
Hanya kita yang rasa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar